-:: KISAH CINTA SALMAN AL-FARISI ::-
( Pahlawan Dan Teladan Bagi Para Jomblo Sejati )
.
Bismillaah, pernah dengar nama Salman al-Farisi?
Salah seorang sahabat Rosulullah... Mengembara
dari satu tempat ke satu tempat yang lain untuk
mencari agama yang benar, agama Islam.
Sebagaimana kisah beliau dalam mencari
kebenaran dalam agama, kesungguhan dan
ketabahan beliau, sehinggalah menemukan agama
Islam sebagai agama benar, begitu jugalah
hebatnya kisah cinta Salman al-Farisi ﺳﻠﻤﺎﻥ
ﺃﻟﻔﺎﺭﺳﻰّ ...
***** Inilah Kisahnya *****
Di saat dia merasakan sudah layak baginya untuk
menyempurnakan separuh daripada agama. Dia
sudah siap untuk melamar seorang gadis solehah
dari kaum Ansar, yang selalu meniti di bibir para
pemuda di Kota Madinah.
Memperolehi cinta wanita solehah itu ibarat
membelai cinta para bidadari di Syurga. Wanita
solehah itu telah menambat hatinya untuk
menuntun karya-karya indah bak lakaran pelangi,
penuh warna dan cinta.
Beliau menjemput sahabat karibnya, Abu Darda’ ﺃﺑﻮ
ﺍﻟﺪّﺭﺩﺁﺀ sebagai teman bicaranya ketika bertemu
keluarga wanita solehah itu.
“Subhanalloh... alhamdulillah” terpancut kata-kata
dari mulut Abu Darda’, tanda ta’ajub dan syukur di
atas niat suci temannya itu. Dia begitu teruja
karena dapat membantu temannya dalam hal baik
sebegini.
Maka menujulah mereka ke rumah wanita solehah
yang menjadi buah mulut para pemuda gagah
perkasa di Kota Madinah.
“Saya adalah Abu Darda’ dan ini adalah saudara
saya Salman al-Farisi. Alloh Ta'ala telah
memuliakannya dengan Islam, dan dia juga telah
memuliakan Islam dengan amal dan jihadnya. Dia
memiliki kedudukan yang utama di sisi Rosulullah
Shallalloh 'alayhi wa sallam hingga Rosulullah
menyebut beliau sebagai sebahagian daripada ahli
bait-nya. Saya datang untuk mewakili saudara
saya ini melamar puteri kalian untuk
dipersuntingnya” berkata Abu Darda’ kepada
keluarga wanita tersebut. Susunan bahasanya
cukup tertata dan indah.
“Menerima kalian berdua sebagai tetamu, sahabat
Rosulullah yang mulia sudah menjadi
penghormatan terbesar buat kami. Dan adalah
kehormatan lebih besar bagi keluarga kami
bermenantukan seorang sahabat Rosulullah
shallallohu 'alayhi wa sallam yang utama. Akan
tetapi hak untuk memberi kata putus tetap
sepenuhnya berada di tangan anakanda puteri
saya. Saya serahkan kepada puteri kami untuk
memperhitungkannya” wali wanita solehah
memberi isyarat ke arah hijab, di belakangnya sang
puteri menanti dengan segala debar hati.
“Silahkan tuan...” balas Abu Darda’.
Selepas beberapa menit berlalu, datanglah walinya
memberi kata pemutus daripada sang puteri
kesayangannya.
“Maafkan kami di atas apa yang saya akan
katakan. Karena kalian tetamu terhormat kami,
sahabat baginda Rosululloh yang amat dicintainya.
Kami hanya mengharap ridhoa Alloh bersama kita
semua. Sebenarnya puteri saya telah menolak
pinangan Salman. Namun jika Abu Darda’
mempunyai hajat yang sama, puteri kami senang
menerima pinangannya dengan penuh syukur”
kata-kata wali wanita solehah itu tidak sedikit pun
mengejutkan Salman al-Farisi. Malah, beliau
menyambutnya dengan alunan tahmid yang tidak
putus-putus. Subhanalloh...
Jelaslah wanita solehah itu hanya memilih Abu
Darda’ sebagai pasangan hidupnya berbanding
hajat asal datang daripada Salman al-Farisi.
Bayangkan andai kita berada di posisi Salman al-
Farisi, mungkin kita telah menyalahkan diri karena
telah tersalah membawa pendamping, teman
bicara.
Namun lain pula jawaban Salman al-Farisi, “Allohu
Akbar... Maha Suci Alloh telah memilih teman baik
saya sebagai pengganti” dengan penuh rasa
kebesaran Tuhan menyelinap roh cinta-Nya
memenuhi jiwanya yang kerdil.
“Semua mahar dan nafkah yang telah ku
persiapkan ini akan aku serahkan pada Abu Darda’,
teman baik ku dunia akhirat. Dan aku akan menjadi
saksi pernikahan bersejarah kalian...”
Air mata kasih dan syukur membening suasana
redup di suatu petang itu.
Begitulah jawaban Salman al-Farisi.
Subhanalloh, begitu kagum dan ta'ajubnya saya
ketika membaca kisah cinta beliau. Reaksinya yang
begitu bersahaja sudah menunjukkan yang beliau
adalah pencinta sejati. Akur akan ketentuan Alloh
Ta'ala.
Sejatinya bukan karena beliau adalah sahabat
Rosulullah, tetapi rahmat dan kasih sayang Ilahi
yang senantiasa menemani sekeping hatinya untuk
terus MEMBERI...
MEMBERI itu tidak berarti mengurangi apa yang
ada, tapi bersyukur dengan apa yang dimiliki. Tidak
bimbang dengan apa yang tiada...
Salman al-Farisi yang begitu setia dan utama disisi
Rosulullah juga diuji sedemikian hebat apabila
cintanya ditolak oleh gadis solehah idamannnya.
Dan yang lebih mengejutkan lagi, sahabat baiknya
yang pada awalnya dijadikan 'teman bicara' untuk
meminang malah yang menjadi pilihan si gadis
solehah itu.
Dan bagaimana pula reaksi jika kita meletakkan diri
kita ditempat dan situasi seperti Salman al-Farisi?
Mampukah kita memberi dan membenarkan
segalanya dengan keikhlasan?? Sudah pasti akan
timbul sedikit rasa marah pada mulanya dan diikuti
rasa terkejut.
Tapi bedanya dengan Salman al-Farisi. Beliau
begitu kuat menerima setiap ketentuan Illahi
dengan penuh rasa syukur dan ridho. Baginya, satu
pekerjaan yang besar lagi mulia adalah dengan
MEMBERI...
Kisah beliau mengajar kita bahwa tiada Tuhan yang
berhak disembah melainkan Alloh Ta'ala Yang
Maha Mengetahui tentang sesuatu yang tidak kita
ketahui...
# al_12
dikutip dari fanspage islami
( Pahlawan Dan Teladan Bagi Para Jomblo Sejati )
.
Bismillaah, pernah dengar nama Salman al-Farisi?
Salah seorang sahabat Rosulullah... Mengembara
dari satu tempat ke satu tempat yang lain untuk
mencari agama yang benar, agama Islam.
Sebagaimana kisah beliau dalam mencari
kebenaran dalam agama, kesungguhan dan
ketabahan beliau, sehinggalah menemukan agama
Islam sebagai agama benar, begitu jugalah
hebatnya kisah cinta Salman al-Farisi ﺳﻠﻤﺎﻥ
ﺃﻟﻔﺎﺭﺳﻰّ ...
***** Inilah Kisahnya *****
Di saat dia merasakan sudah layak baginya untuk
menyempurnakan separuh daripada agama. Dia
sudah siap untuk melamar seorang gadis solehah
dari kaum Ansar, yang selalu meniti di bibir para
pemuda di Kota Madinah.
Memperolehi cinta wanita solehah itu ibarat
membelai cinta para bidadari di Syurga. Wanita
solehah itu telah menambat hatinya untuk
menuntun karya-karya indah bak lakaran pelangi,
penuh warna dan cinta.
Beliau menjemput sahabat karibnya, Abu Darda’ ﺃﺑﻮ
ﺍﻟﺪّﺭﺩﺁﺀ sebagai teman bicaranya ketika bertemu
keluarga wanita solehah itu.
“Subhanalloh... alhamdulillah” terpancut kata-kata
dari mulut Abu Darda’, tanda ta’ajub dan syukur di
atas niat suci temannya itu. Dia begitu teruja
karena dapat membantu temannya dalam hal baik
sebegini.
Maka menujulah mereka ke rumah wanita solehah
yang menjadi buah mulut para pemuda gagah
perkasa di Kota Madinah.
“Saya adalah Abu Darda’ dan ini adalah saudara
saya Salman al-Farisi. Alloh Ta'ala telah
memuliakannya dengan Islam, dan dia juga telah
memuliakan Islam dengan amal dan jihadnya. Dia
memiliki kedudukan yang utama di sisi Rosulullah
Shallalloh 'alayhi wa sallam hingga Rosulullah
menyebut beliau sebagai sebahagian daripada ahli
bait-nya. Saya datang untuk mewakili saudara
saya ini melamar puteri kalian untuk
dipersuntingnya” berkata Abu Darda’ kepada
keluarga wanita tersebut. Susunan bahasanya
cukup tertata dan indah.
“Menerima kalian berdua sebagai tetamu, sahabat
Rosulullah yang mulia sudah menjadi
penghormatan terbesar buat kami. Dan adalah
kehormatan lebih besar bagi keluarga kami
bermenantukan seorang sahabat Rosulullah
shallallohu 'alayhi wa sallam yang utama. Akan
tetapi hak untuk memberi kata putus tetap
sepenuhnya berada di tangan anakanda puteri
saya. Saya serahkan kepada puteri kami untuk
memperhitungkannya” wali wanita solehah
memberi isyarat ke arah hijab, di belakangnya sang
puteri menanti dengan segala debar hati.
“Silahkan tuan...” balas Abu Darda’.
Selepas beberapa menit berlalu, datanglah walinya
memberi kata pemutus daripada sang puteri
kesayangannya.
“Maafkan kami di atas apa yang saya akan
katakan. Karena kalian tetamu terhormat kami,
sahabat baginda Rosululloh yang amat dicintainya.
Kami hanya mengharap ridhoa Alloh bersama kita
semua. Sebenarnya puteri saya telah menolak
pinangan Salman. Namun jika Abu Darda’
mempunyai hajat yang sama, puteri kami senang
menerima pinangannya dengan penuh syukur”
kata-kata wali wanita solehah itu tidak sedikit pun
mengejutkan Salman al-Farisi. Malah, beliau
menyambutnya dengan alunan tahmid yang tidak
putus-putus. Subhanalloh...
Jelaslah wanita solehah itu hanya memilih Abu
Darda’ sebagai pasangan hidupnya berbanding
hajat asal datang daripada Salman al-Farisi.
Bayangkan andai kita berada di posisi Salman al-
Farisi, mungkin kita telah menyalahkan diri karena
telah tersalah membawa pendamping, teman
bicara.
Namun lain pula jawaban Salman al-Farisi, “Allohu
Akbar... Maha Suci Alloh telah memilih teman baik
saya sebagai pengganti” dengan penuh rasa
kebesaran Tuhan menyelinap roh cinta-Nya
memenuhi jiwanya yang kerdil.
“Semua mahar dan nafkah yang telah ku
persiapkan ini akan aku serahkan pada Abu Darda’,
teman baik ku dunia akhirat. Dan aku akan menjadi
saksi pernikahan bersejarah kalian...”
Air mata kasih dan syukur membening suasana
redup di suatu petang itu.
Begitulah jawaban Salman al-Farisi.
Subhanalloh, begitu kagum dan ta'ajubnya saya
ketika membaca kisah cinta beliau. Reaksinya yang
begitu bersahaja sudah menunjukkan yang beliau
adalah pencinta sejati. Akur akan ketentuan Alloh
Ta'ala.
Sejatinya bukan karena beliau adalah sahabat
Rosulullah, tetapi rahmat dan kasih sayang Ilahi
yang senantiasa menemani sekeping hatinya untuk
terus MEMBERI...
MEMBERI itu tidak berarti mengurangi apa yang
ada, tapi bersyukur dengan apa yang dimiliki. Tidak
bimbang dengan apa yang tiada...
Salman al-Farisi yang begitu setia dan utama disisi
Rosulullah juga diuji sedemikian hebat apabila
cintanya ditolak oleh gadis solehah idamannnya.
Dan yang lebih mengejutkan lagi, sahabat baiknya
yang pada awalnya dijadikan 'teman bicara' untuk
meminang malah yang menjadi pilihan si gadis
solehah itu.
Dan bagaimana pula reaksi jika kita meletakkan diri
kita ditempat dan situasi seperti Salman al-Farisi?
Mampukah kita memberi dan membenarkan
segalanya dengan keikhlasan?? Sudah pasti akan
timbul sedikit rasa marah pada mulanya dan diikuti
rasa terkejut.
Tapi bedanya dengan Salman al-Farisi. Beliau
begitu kuat menerima setiap ketentuan Illahi
dengan penuh rasa syukur dan ridho. Baginya, satu
pekerjaan yang besar lagi mulia adalah dengan
MEMBERI...
Kisah beliau mengajar kita bahwa tiada Tuhan yang
berhak disembah melainkan Alloh Ta'ala Yang
Maha Mengetahui tentang sesuatu yang tidak kita
ketahui...
# al_12
dikutip dari fanspage islami
Berikut saya berbagi ilmu dari fanspage facebook islami "ayo remaja islam bangkitlah" (coba search aja yaa :D) oke, cekidottt :
1. Jika kau berbuat baik kepadanya, maka ia juga akan melindungimu.
2. Jika engkau merapatkan ikatan persahabatan dengannya, maka ia akan membalas balik persahabatanmu itu.
3. Jika engkau memerlukan pertolongan darinya, maka ia akan berupaya membantu sesuai dengan kemampuannya.
4. Jika kau menawarkan berbuat baik kepadanya, maka ia akan menyambut dengan baik.
5. Jika ia memproleh suatu kebaikan atau bantuan darimu, maka ia akan menghargai kebaikan itu.
6. Jika ia melihat sesuatu yang tidak baik dari dirimu, maka akan berupaya menutupinya.
7. Jika engkau meminta sesuatu bantuan darinya, maka ia akan mengusahakannya dengan sungguh-sungguh.
8. Jika engkau berdiam diri (karena malu untuk meminta), maka ia akan menanyakan kesulitan yang kamu hadapi.
9. Jika bencana datang menimpa dirimu, maka ia akan berbuat sesuatu untuk meringankan kesusahanmu itu.
10. Jika engkau berkata benar kepadanya, niscaya ia akan membenarkanmu.
11. Jika engkau merencanakan sesuatu kebaikan, maka dengan senang hati ia akan membantu rencana itu.
12. Jika kamu berdua sedang berbeda pendapat atau berselisih paham, niscaya ia akan lebih senang mengalah untuk menjaga.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar