cerpen islami
sebuah inspiratif buat para tilawah
AKU INGIN BERTILAWAH UNTUK
IBUKU
Suatu hari yang jauh dari perkotaan
tinggallah seorang anak bersama ibunya.
Qorin si anak yatim
Qorin saat itu berumur 9 tahun ketika
ibunya mengantarnya ke sebuah yayasan
TPQ.
Wulan adalah sang pengajar di yayasan
tsb sangat mencintai para santri yang
mau datang dan mengaji pada saat awal
usia.
Qorin sangat antusias agar bisa
bertilawah untuk ibunya karena harapan
ibunya.
Qorin memulai pelajaran tilawahnya, dan
saat itu Wulan sangat berfikir ini
merupakan pekerjaan yang amat sia-sia.
Meskipun Wulan menyadari bahwa Qorin
adalah anak agak kaku dan mudah lupa
ama huruf2 hijaiyah dan menalar
bagaimana cara membacanya. Namun yang
menggembirakan yakni kepatuhannya
yang sangat tawadlu kepada Wulan.
Dalam beberapa bulan ia terus berusaha,
sementara Wulan dengan teliti
menyimaknya dan terus menyemangati.
Dan disetia akhir pekan, Qorin selalu
berkata, " Ibuku akan mendengarkan aku
bertilawah di suatu hari. "
Dibalik itu si Wulan berkata dalam hati,
" Dia tak berbakat dan pasti susah. "
Si Wulan tak mengenal ibunya Qorin
dengan baek, hanya sebatas menyapa dari
kejauhan ketika mengantar atau
menjemput Qorin dengan sepada
anginnya. Dan selalu melambaikan tangan
ketika bertemu meski tanpa memasuki
TPQ.
Suatu hari Qorin berhenti mendatangi
TPQ. Si Wulan pernah berniat untuk
bersilahturohim tapi terkendala waktu.
Dan berfikir bahwa si Qorin mgkin
menyadari akan keterbatasannya serta
perasaan lega akan ketiada hadirannya.
Dari dalam penat terdalam Si Wulan
berkata, Si Qorin bisa menjadi iklan yang
buruk baginya suatu saat nanti.
Bebebrapa minggu kemudian Si Wulan
membagikan selembaran undangan
sekaligus pengumuman kepada para santri
disekitar perkampungannya, bahwa akan
di adakan lomba tartil di Yayasan TPQ.
Tak disangka, Qorin juga menerimanya,
Qorin menanyakan kepada Sang Ustadzah,
apakah dia diperkenankan untuk
mengikutinya. Dan Ustadzah Wulan
menyatakan bahwa sebenarnya acara ini
khusus santri yg aktif mengaji disekitar
komplek serta harus ada pembimbingnya.
Qorin menyatakan bahwa meski dia tak
pernah hadir, dia selalu berlatih karena
Ibunya yang tak bisa ditinggalkan karena
sebuah alasan.
Qorin berkata dengan penuh semangat
dan memaksa, " Ustadzah...aku harus ikut
Lomba Tartil?!."
Dan Wulan tak tahu kenapa akhirnya
luluh dan memperbolehkan meski ada
rasa takut bisa menjadi momok di
depannya nanti...seraya ada rasa bisa
menagatsainya dan akan baek2 saja.
Malam acara pembacaan Tartil itu telah
tiba.
Gedung Yayasan TPQ telah dipadati Wali
santri beserta santrinya, saudara, kerabat
dan tamu undangan.
Wulan dengan sengaja menempatkan
Qorin diakhir acara sebelum Si Wulan
membaca Tartil, ucapan terimakasih dan
metup acara dan berdoa.
Wulan berfikir akan penampilan Qorin
di awal akan bisa merusak acara dan
Wulan jg berkata dalam hati dia akan aku
selamatkan penampilan terburuknya
dengan menutupi penampilannya nanti.
Pembacaan Tartil dari santri ke santri
berjalan sangat lancar dan percaya akan
sering diasah serta berlatih.
Dan kini giliran Qorin naik diatas
panggung.
Baju yang lusuh tak tersetrika tanpa ada
orang tua serta kerabat untuk
menyemangatinya.
Terlintas dibenaknya pertanyaan buruk
sangka.
" mengapa dia tak mempersiapkan
dirinya ?"
"mengapa ibunya tidak mempersiapkan
penampilannya ?"
"dan kenapa tiada kerabat yang mau
menghadirinya ?!"
Lalu ia menyampaikan amanahnya yakni
membaca Tartil Qs. Yasin.
Wulan sangat terkejut dan amat sangat
meragukannya...
Ketika Qorin memulai membaca ayat demi
ayat, suaranya begitu indah dan lembut.
Tartilnya sangat mengenai hati semua
orang serta para tim juri beserta Wulan
menikmatinya.
Makhorjil Huruf beserta tajwidnya sangat
hebat untuk seusianya.
10 menit Qorin selesai membacanya.
Penuh haru dan berlinang air mata,
Wulan memeluk Qorin dengan amat
sangat gembira.
Dan Wulan pun berkata, " aku belum
pernah mendengar tartil yang seindah itu
selama saya mengajar. Bagaimana kamu
bisa seperti ini ?"
Qorin langsung bergegasmenuju mikrofon
lalu menjelaskannya :
" Ustadzah, masih ingatkah ketika aku
mengatakan ibuku sakit ? di Hari ini aq
mendapatkan kabar Ibu saya menderita
Kanker dan telah meninggal sebelum saya
menampilkannya. Beliau Ibu, saya
terlahir tuli.
Dan pada saat ini kali pertama Qorin bisa
menyenandungkan Ayat2Nya serta kali
pertama beilau bisa mendengarkan saya
meski diatas sana. Karena itu, Qorin
berharap bisa menampilkannya yang
terbaek saat Tartil."
Tiada mata yang kering pada saat itu
digedung Yayasan TPQ.
Saat para kerabat telah datang menjemput
Qorin karena Jenasah Ibunya telah
datang.
Wulan semakin menangis ketika itu...
Wulan berkata dalam hati, kini aku telah
mendapatkan pelajaran yang amat sangat
berharga dari Qorin si Santri
terbaeknya...
Ialah "SANG GURU" sementara ia adalah
muridnya.
Qorin mengajarinya hikmah dari
kesabaran, ketawadlu'an dan berbakti
kepada Ibunya...
Wulan akan belajar menerima siapa saja
Santrinya tanpa ada alasan dan berharap
kebaikan meski banyak kendalanya...
nb: nama dan waktu hanya sebuah
rekasaya saja..,mohon maaf
sebuah inspiratif buat para tilawah
AKU INGIN BERTILAWAH UNTUK
IBUKU
Suatu hari yang jauh dari perkotaan
tinggallah seorang anak bersama ibunya.
Qorin si anak yatim
Qorin saat itu berumur 9 tahun ketika
ibunya mengantarnya ke sebuah yayasan
TPQ.
Wulan adalah sang pengajar di yayasan
tsb sangat mencintai para santri yang
mau datang dan mengaji pada saat awal
usia.
Qorin sangat antusias agar bisa
bertilawah untuk ibunya karena harapan
ibunya.
Qorin memulai pelajaran tilawahnya, dan
saat itu Wulan sangat berfikir ini
merupakan pekerjaan yang amat sia-sia.
Meskipun Wulan menyadari bahwa Qorin
adalah anak agak kaku dan mudah lupa
ama huruf2 hijaiyah dan menalar
bagaimana cara membacanya. Namun yang
menggembirakan yakni kepatuhannya
yang sangat tawadlu kepada Wulan.
Dalam beberapa bulan ia terus berusaha,
sementara Wulan dengan teliti
menyimaknya dan terus menyemangati.
Dan disetia akhir pekan, Qorin selalu
berkata, " Ibuku akan mendengarkan aku
bertilawah di suatu hari. "
Dibalik itu si Wulan berkata dalam hati,
" Dia tak berbakat dan pasti susah. "
Si Wulan tak mengenal ibunya Qorin
dengan baek, hanya sebatas menyapa dari
kejauhan ketika mengantar atau
menjemput Qorin dengan sepada
anginnya. Dan selalu melambaikan tangan
ketika bertemu meski tanpa memasuki
TPQ.
Suatu hari Qorin berhenti mendatangi
TPQ. Si Wulan pernah berniat untuk
bersilahturohim tapi terkendala waktu.
Dan berfikir bahwa si Qorin mgkin
menyadari akan keterbatasannya serta
perasaan lega akan ketiada hadirannya.
Dari dalam penat terdalam Si Wulan
berkata, Si Qorin bisa menjadi iklan yang
buruk baginya suatu saat nanti.
Bebebrapa minggu kemudian Si Wulan
membagikan selembaran undangan
sekaligus pengumuman kepada para santri
disekitar perkampungannya, bahwa akan
di adakan lomba tartil di Yayasan TPQ.
Tak disangka, Qorin juga menerimanya,
Qorin menanyakan kepada Sang Ustadzah,
apakah dia diperkenankan untuk
mengikutinya. Dan Ustadzah Wulan
menyatakan bahwa sebenarnya acara ini
khusus santri yg aktif mengaji disekitar
komplek serta harus ada pembimbingnya.
Qorin menyatakan bahwa meski dia tak
pernah hadir, dia selalu berlatih karena
Ibunya yang tak bisa ditinggalkan karena
sebuah alasan.
Qorin berkata dengan penuh semangat
dan memaksa, " Ustadzah...aku harus ikut
Lomba Tartil?!."
Dan Wulan tak tahu kenapa akhirnya
luluh dan memperbolehkan meski ada
rasa takut bisa menjadi momok di
depannya nanti...seraya ada rasa bisa
menagatsainya dan akan baek2 saja.
Malam acara pembacaan Tartil itu telah
tiba.
Gedung Yayasan TPQ telah dipadati Wali
santri beserta santrinya, saudara, kerabat
dan tamu undangan.
Wulan dengan sengaja menempatkan
Qorin diakhir acara sebelum Si Wulan
membaca Tartil, ucapan terimakasih dan
metup acara dan berdoa.
Wulan berfikir akan penampilan Qorin
di awal akan bisa merusak acara dan
Wulan jg berkata dalam hati dia akan aku
selamatkan penampilan terburuknya
dengan menutupi penampilannya nanti.
Pembacaan Tartil dari santri ke santri
berjalan sangat lancar dan percaya akan
sering diasah serta berlatih.
Dan kini giliran Qorin naik diatas
panggung.
Baju yang lusuh tak tersetrika tanpa ada
orang tua serta kerabat untuk
menyemangatinya.
Terlintas dibenaknya pertanyaan buruk
sangka.
" mengapa dia tak mempersiapkan
dirinya ?"
"mengapa ibunya tidak mempersiapkan
penampilannya ?"
"dan kenapa tiada kerabat yang mau
menghadirinya ?!"
Lalu ia menyampaikan amanahnya yakni
membaca Tartil Qs. Yasin.
Wulan sangat terkejut dan amat sangat
meragukannya...
Ketika Qorin memulai membaca ayat demi
ayat, suaranya begitu indah dan lembut.
Tartilnya sangat mengenai hati semua
orang serta para tim juri beserta Wulan
menikmatinya.
Makhorjil Huruf beserta tajwidnya sangat
hebat untuk seusianya.
10 menit Qorin selesai membacanya.
Penuh haru dan berlinang air mata,
Wulan memeluk Qorin dengan amat
sangat gembira.
Dan Wulan pun berkata, " aku belum
pernah mendengar tartil yang seindah itu
selama saya mengajar. Bagaimana kamu
bisa seperti ini ?"
Qorin langsung bergegasmenuju mikrofon
lalu menjelaskannya :
" Ustadzah, masih ingatkah ketika aku
mengatakan ibuku sakit ? di Hari ini aq
mendapatkan kabar Ibu saya menderita
Kanker dan telah meninggal sebelum saya
menampilkannya. Beliau Ibu, saya
terlahir tuli.
Dan pada saat ini kali pertama Qorin bisa
menyenandungkan Ayat2Nya serta kali
pertama beilau bisa mendengarkan saya
meski diatas sana. Karena itu, Qorin
berharap bisa menampilkannya yang
terbaek saat Tartil."
Tiada mata yang kering pada saat itu
digedung Yayasan TPQ.
Saat para kerabat telah datang menjemput
Qorin karena Jenasah Ibunya telah
datang.
Wulan semakin menangis ketika itu...
Wulan berkata dalam hati, kini aku telah
mendapatkan pelajaran yang amat sangat
berharga dari Qorin si Santri
terbaeknya...
Ialah "SANG GURU" sementara ia adalah
muridnya.
Qorin mengajarinya hikmah dari
kesabaran, ketawadlu'an dan berbakti
kepada Ibunya...
Wulan akan belajar menerima siapa saja
Santrinya tanpa ada alasan dan berharap
kebaikan meski banyak kendalanya...
nb: nama dan waktu hanya sebuah
rekasaya saja..,mohon maaf
Tidak ada komentar:
Posting Komentar